SIPNOSIS NOVEL SALAH PILIH NUR SUTAN ISKANDAR
A.
Identitas
Buku
Judul :
Salah Pilih
Nama Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta
Tahun Terbit : 2003 Cetakan Ke 26, Cetakan Pertama Tahun 1928
Tebal :
231 halaman
B.
Unsur-Unsur
Intrinsik
1. Tema Cerita :
Kesalahan seseorang dalam menentukan pilihan hidup.
2. Alur Cerita:
Alur maju.
3. Setting/latar
:
a. Latar
tempat : Kamar Asnah, rumah Gedang, rumah Saniah, Minangkabau, yaitu Maninjau, Sungai Batang,
Bayur, dan Bukittinggi, dan Pulau Jawa.
b. Latar
waktu: Malam hari, petang, siang hari.
4. Tokoh dan Penokohan :
a.
Asri : Patuh terhadap orang
tua, penyayang, lapang dada, sabar, terpelajar, berbudi halus.
b.
Asnah
: Baik, berbudi luhur, ramah, sopan, lembut, pemaaf, patuh dan taat pada orang
tua, sedikit tertutup.
c.
Mariati
: Baik hati, walau kadang sikapnya ketus dan masam, namun begitu penyayang
tehadap keluarganya.
d.
Sitti
Maliah : Baik hatinya, penyayang,
e.
Saniah
( istri Asri ) : Pandai
berpura-pura, angkuh, sikapnya bengis, cara bicaranya kasar dan suka menyindir
dengan kata-kata yang pedas.
f.
Rusiah
( kakak Saniah ) : Sabar, baik budinya, lembut.
g.
Rangkayo
Saleah ( Ibu Saniah ): Angkuh, sombong, tinggi hati.
h.
Dt.
Indomo ( Ayah Saniah ) : Walaupun baik tetapi terlalu takut terhadap istrinya
sehingga tidak dapat tegas dalam mengambil keputusan.
i.
Kaharuddin
( Kakak Saniah ) : Rendah hati, tidak suka membeda-bedakan orang karena
perbedaan harta dan kekayaan saja.
j.
Mariah
: Baik, menyayangi Asnah layaknya anak sendiri setelah Mariati meninggal dunia.
k.
Dt.
Bendahara : Memegang teguh adat, namun tidak mau mendengarkan pendapat orang
lain yang bertentangan dengannya.
5. Amanat : Jangan
gegabah dalam menentukan pilihan, jangan menilai seseorang dari rupa atau
hartanya saja dan jangan membeda-bedakan orang karena kaya atau miskinnya.
6. Sudut Pandang
: Sudut pandang orang ke tiga
C.
Ringkasan
Cerita
Salah Pilih
Di
sebuah daerah di Minangkabau, tinggal sebuah keluarga. Seorang ibu, saudara
perempuannya, dan seorang anak perempuan terdapat dalam keluarga tersebut. Anak
perempuan itu bernama Asnah, ia adalah anak angkat dari Mariati. Kebaikan hati
Asnah membuat Mariati sayang terhadap Asnah. Setiap perlu sesuatu, Mariati lebih senang dilayani
oleh Asnah daripada oleh Sitti Maliah.
Mariati
juga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Asri. Asri sayang terhadap Asnah
sebagaimana dia menyayangi adik kandungnya. Namun karena Asri sedang bersekolah
di Jakarta, dia tidak
dapat selalu bertemu dengan Asnah untuk sekedar berbagi cerita. Seiring berjalannya waktu,
perasaan Asnah terhadap Asri berubah. Walau demikian, Asnah tak ingin Asri mengetahui
perasaannya. Sebisa mungkin dia bersikap biasa ketika Asri pulang.
Saat
Asri tamat dari sekolahnya, Mariati menyuruh Asri tinggal dan bekerja di
kampung halaman saja karena ia merasa ia sudah tua dan sering sakit-sakitan maka ia
tak ingin jauh-jauh dari anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati
sangat bertentangan dengan Asri, Asri sangat ingin meneruskan sekolahnya ke sekolah
setingkat SMA atau ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang anak yang ingin
berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya. Hingga suatu
saat Asri merasa
sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah matang untuk menikah.
Asri
menyetujui keinginan ibunya, hanya saja dia masih bingung dalam mencari calon
istri untuk dirinya. Asnah terkejut ketika ia mendengar bahwa
Asri akan segera menikah. Tapi ia berusaha sebisa mungkin menutupi perasaannya
tersebut. Asri masih bingung memilih calon istrinya, sebernanya Asri dan Asnah boleh saja
menikah, hanya karena adat istiadat yang berlaku saat itu maka dirasa tidak
pantas mereka menikah karena dianggap masih sepesukuan
yang berasal dari satu kaum. Lalu dipilihlah gadis di negerinya yang belum menikah. Gadis itu adalah
Saniah.
Sampai
suatu saat Asri bersama ibunya memutuskan bertamu ke rumah keluarga Saniah. Walaupun
ibu gadis tersebut memiliki perangai yang kaku dan cenderung angkuh, namun Asri
yakin bahwa Saniah tentu berperangai lain dengan ibunya. Tak berapa lama, Asri
memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya. Mereka berdua melaksanakan
acara pertunangan terlebih dahulu. Saat pertunangan, Saniah menampakkan
perangai yang sangat baik, ia hormat terhadap seluruh keluarga Asri. Membuat
Asri semakin yakin dengan pilihannya itu. Tak lama, dilangsungkanlah upacara perkawinan
Asri dengan Saniah yang sangat meriah.
Setelah
menikah, mereka berdua pindah ke Rumah Gedang milik
keluarga Asri. Dari situlah diketuahui bahwa perangai Saniah tidak seelok yang
dia perlihatkan saat sebelum menikah, perangai Saniah begitu angkuh, berbeda dengan yang dia
perlihatkan sebelum menikah dahulu. Bahkan sekarang dia berani melawan
suaminya, ia sering berkata
kasar terhadap suaminya. Sehingga dapat dilihat kalau adat Saniah tak jauh beda
dengan ibunya, Rangkayo Saleah. Hingga membuat kesabaran Asri berkurang dan
akhirnya Asri membiarkan Saniah pulang ke rumah orang tuanya ketika Sidi Sutan datang
menjemput. Yang semula bermaksud menjemput Saniah dan Asri, namun karena
pertengkaran itu, Saniah pulang sendiri.
Hingga
suatu hari Rangkayo Saleah mendapat kabar bahwa anak laki-lakinya, Kaharuddin
akan menikah dengan seorang perempuan seorang saudagar batik di kota Padang, amarahnya tak tertahankan lagi.
Rangkayo Saleah menganggap bahwa Kaharuddin akan menikah dengan seorang
perempuan yang tak tentu asal-usulnya. Sementara Dt. Indomo merasa tidak setuju
dengan pendapat istrinya itu, ia setuju anaknya menikah dengan siapapun asal
perempuan yang disukainya itu terpelajar, sehat, orang baik-baik dan sopan
santun.
Rangkayo
Saleah tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menyetujui pernikahan
Kaharuddin. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Padang mendatangi Kaharuddin.
Kebetulan saat itu Saniah berada di rumahnya setelah Sidi Sutan menjemputnya
dari rumah Gedang. Maka Saniah
diajak pergi ke kota Padang.
Di tengah jalan, kendaraan yang mereka tumpangi sempat berhenti. Lalu sejenak
Saniah memandang negeri yang ia tinggalkan. Namun entah mengapa, begitu banyak
yang ia ingat saat ia memandang Rumah Gedang yang nampak jelas terlihat
dikejauhan. Tiba-tiba ia teringat suaminya, yang begitu sayang kepadanya, ia teringat bahwa ia telah durhaka
terhadap suaminya, akan dosa-dosa yang telah ia perbuat terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk
Asnah. Lama ia memandang, seakan ia akan pergi jauh. Lalu dilanjutkanlah perjalanan
mereka. Dan Rangkayo Saleah menyuruh sopir untuk memacu kendaraannya lebih cepat agar mereka
bisa lebih cepat sampai tujuan. Sang sopir begitu senang ketika Rangkayo Saleah menyuruhnya
memacu kendaraan dengan
cepat. Karena baginya inilah saatnya untuk memperlihatkan kelihaiannya dalam
mengendalikan mobil, walau jalanan berkelok tajam, juga tebingnya yang begitu
curam.
Akhirnya,
peristiwa yang sangat tidak diharapkanpun terjadi. Sang sopir kehilangan
kendali, dan mobil yang dikendalikannya jatuh terbalik dan masuk ke dalam
sungai yang kering. Rangkayo Saleah meninggal di tempat, sementara Saniah yang terlihat masih bernafas
segera diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit. Namun karena kecelakaan yang dialaminya begitu
parah, akhirnya Saniah pun
meninggal dunia setelah sempat bertemu dan meminta maaf kepada suaminya.
Setelah
beberapa lama Saniah meninggal, begitu banyak lamaran datang pada Asri. Namun
dia tak ingin salah pilih lagi. Dan ia memutuskan kalau ia hendak menikah lagi,
ia hanya akan menikah Asnah. Namun saat itu Asnah tinggal bersama Mariah di
Bayur. Jadi Asri mendatanginya sekalian minta izin kepada Mariah untuk menikahi
Asnah.
Para
penghulu adat dan masyarakat terkejut mendengar keputusan Asri, karena walau bagaimanapun,
Asri dan Asnah sudah dianggap sebagai saudara sepesukuan. Asri tidak setuju
pada pendapat orang-orang, karena baginya Asnah hanyalah saudara angkat yang
dibesarkan bersama dengannya dan tidak ada ikatan darah dengannya.
Namun,
pikiran orang-orang berlainan dengannya. Dan adat pun mengatakan bahwa jika ada
saudara sepesukuan yang melangsungkan perkawinan, maka mereka tidak akan diakui
lagi sebagai warga Minangkabau. Dan Asri, memutuskan untuk membawa Asnah pergi
meninggalkalkan Minangkabau daripada harus meninggalkan orang yang
dicintainya. Ia rela melepaskan
pekerjaannya sebagai Sutan Bendahara dan pergi ke Jawa.
0 Response to "SIPNOSIS NOVEL SALAH PILIH NUR SUTAN ISKANDAR"
Post a Comment